Dalam istilah psikologi / psikiatri anak-anak yang bicaranya tidak jelas disebut mengalami gangguan artikulasi atau fonologi. Namun gangguan ini wajar berlaku karena tergolong gangguan perkembangan. Dengan bertambah umur, diharapkan gangguan ini dapat teratasi. Akan tetapi, terkadang pada kenyataannya terdapat anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi yang cukup parah dan berlangsung cukup lama. Bahkan ada anak yang sampai usia SD atau kadang sampai dewasa masih mengalami gangguan di dalam artikulasi bahasanya. Hal ini terang saja harus mendapat perhatian cukup serius karena gangguan artikulasi ini mungkin saja dapat menghambat perkembangan anak tersebut dalam perkembangan yang lainnya. Karena sebagaimana kita tau perkembangan individu saling mempengaruhi antara perkembangan yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Drs. Mayke S. Tedjasaputra ( Kaniasblog, 2011 ) gangguan artikulasi ( fonologi ) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gangguan pada tahap ringan dan berat. Untuk tahap ringan gangguan ini berupa ketidakmampuan anak usia 3 tahun dalam menyebutkan bunyi [l], [r], atau [s]. Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambahnya usia anak atau apabila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Adapun untuk tahap berat, gejalanya dapat berupa mengucapkan beberapa huruf dengan bunyi yang sama, mengucapkan sebagian atau bahkan semua huruf dengan lafal yang tidak jelas sehingga susah untuk di mengerti, menghilangkan huruf tertentu atau menggantikan huruf dan suku kata. Misalnya, kedai jadi toto atau stesen jadi tatun. Sebutan semacam ini akan jadi sulit ditangkap orang lain sehingga komunikasi maupun perkembangan sosial anak jadi terganggu.
Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi tahap berat ini biasanya mengalami gangguan pada perkembangan bicaranya. Misalnya usia 3 tahun baru dapat bicara, atau usia 2,5 tahun baru bisa mengucapkan mama atau papa, kemungkinan lain usia 2 tahun sudah berbicara tapi masih bablling, seperti ma...mapa....pa...dan seterusnya.
2. Penyebab Gangguan Artikulasi ( Fonologi )
Menurut DR. Widodo Judarwanto dalam blognya children speech clinic menyebutkan bahwa gangguan berbahasa termasuk di dalamnya gangguan artikulasi dapat di sebabkan hal-hal berikut :
a. Terdapatnya gangguan pendengaran, sehingga mempengaruhi perkembangan berbicara.
b. Adanya kelainan pada organ bicara. Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
c. Genetik herediter. Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil berupa keterlambatan perkembangan bahasanya. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
d. Mutisme selektif. Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
e. Gangguan emosi dan perilaku lainnya. Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya.
f. Alergi makanan. Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan, salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
g. Derivasi lingkungan. Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan derivasi lingkungan semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak. Lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan bicara diantaranya adalah lingkungan yang sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran yang salah, komunikasi yang salah, orang tua yang terlalu menuntut, atau lingkungan yang tidak menyenangkan bagi anak.
3. Mengatasi Gangguan Artikulasi ( Fonologi )
Menurut Drs. Mayke Thejasaputra ( Kaniasblog, 2011 ) apabila gangguan artikulasi yang terjadi ringan seperti kesulitan mengucapkan satu atau dua huruf saja hingga terdengar kurang jelas, maka cara mengatasinya adalah dengan cara drill, yaitu melatihnya terus menerus, sebagai stimulasi terhadap organ-organ bicaranya agar dapat lebih luwes dalam melafalkan. Dan sejalan dengan pertumbuhan biasanya gangguan artikulasi ringan ini akan hilang.
Selanjutnya Drs. Mayke mengatakan apabila gangguan artikulasi tersebut disebabkan gangguan neurologi, maka kiranya perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berkaitan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sukar kerana bergantung tahap keterbelakangan mentalnya. Kalau masuk kategori terbelakang sedang, sebutan kata-kata anak biasanya juga sukar ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi bicara, sebutannya dapat menjadi agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sukar dicerna oleh orang yang mendengarkannya. Dalam hal ini maka diperlukan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor atau tidak. Apabila kenyataannya mengalami speech motor maka perlu dilakukan terapi yang dapat membantu anak tersebut.
Drs. Mayke juga mengatakan Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk membetulkan adanya gangguan pada organ-organ yang berkaitan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, seperti terlalu pendek atau adanya cacat bawaan seperti bibir sumbing, untuk mengatasinya dapat dilakukan operasi ataupun terapi bicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar